ujian nasional. ©2012 Merdeka.com/imam buhori
Merdeka.com - Ada
hal ganjil sekaligus menggelikan saat koalisi tolak perubahan kurikulum
2013 membuka kurikulum inti dari Kementerian Pendidikan. Pasalnya ada
kesan dipaksakan saat beberapa nilai bermasyarakat dimasukkan ke dalam
ilmu pengetahuan alam.
"Kami menemukan kompetensi inti mengikat
kompetensi dasar sehingga lucu-lucu, dikatakan membiasakan jujur,
disiplin dan bertanggung jawab berkaitan dengan fungsi kuadrat. Memiliki
ketangguhan diri dan konsisten menghadapi masalah kehidupan sebagai
gambaran fungsi trigonometri. Itu pelajaran kelas 1 SMA," kata Retno
Listyarti dari Federasi Serikat Guru di ICW, Jakarta (15/2)
Sebagai
guru, Retno mengaku merasa kebingungan karena tak ada instruksi khusus.
Apalagi sampai saat ini beberapa pedoman pendamping kurikulum belum
juga ada.
"Apa ini yang dianggap kurikulum hebat? Tinggal 4 bulan
lagi tapi barang enggak ada, tidak d dokumen kurikulum resmi. Tidak ada
ketentuan kurikulum, belum ada pedoman bimbingan dan penilaian. Tampak
dipaksakan untuk masuk dalam sistem ini. Kami sebagai guru bingung kalau
kita mengajarkan model begini," lanjutnya.
Hal senada
diungkapkan pemerhati pendidikan Romo Benny Susetyo. Menurutnya, ilmu
alam tidak bisa disangkutpautkan seperti itu. Hal ini menunjukkan
Kemendikbud memang sengaja memaksakan meski kurikulum 2013 tidak jelas.
"Ini
dilakukan tergesa-gesa dan menunjukkan ketidaksiapan. Melebur IPA dan
IPS itu memaksakan pluralisme ke dalam ilmu pengetahuan. Matematika
tidak bisa dikaitkan dengan keindonesiaan, justru itu menjadi bingung
dengan cara seperti ini. Perubahan kurikulum tidak jelas," tegasnya.
Diketahui,
Juli nanti pemerintah tengah bersiap menerapkan Kurikulum 2013. Sebagai
langkah awal SD kelas 1-4 kemudian akan diperluas dan dilakukan
bertahap ke semua jenjang pendidikan.
Salah satu konten kurikulum
yang diubah adalah menyisipkan ilmu pengetahuan satu ke ilmu
pengetahuan lain. Selain itu untuk tingkatan SD ada pelajaran bersifat
tematik integratif sehingga tidak ada lagi pelajaran IPA maupun IPS.
Jika SD diperlakukan demikian, lain halnya SMA, mereka tidak lagi dibagi
dalam jurusan IPA, IPS maupun bahasa tapi mereka dibebaskan memilih
kelas layaknya mahasiswa perguruan tinggi.